Abcmarathinews.com – Tim Koordinasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah berupaya mencari solusi untuk mengantisipasi potensi kenaikan harga bahan pokok yang dapat mengancam keberlangsungan program tersebut.
Lonjakan harga ayam, telur, sayuran, dan buah-buahan menjadi perhatian utama seiring dengan berjalannya program MBG yang saat ini melayani 40 juta penerima manfaat melalui 14.299 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ketua Harian Tim Koordinasi MBG, Nanik Sudaryati Deyang, menekankan pentingnya sinergi antar kementerian dan lembaga untuk mengatasi masalah ini.

Nanik mengusulkan keterlibatan berbagai pihak, seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), untuk memberdayakan kader posyandu dalam memproduksi bahan pangan secara mandiri, misalnya melalui beternak ayam atau menanam sayuran dan buah-buahan di pekarangan. Langkah ini diharapkan dapat menekan ketergantungan pada pasokan eksternal dan meredam fluktuasi harga.
Target ambisius untuk menjangkau 83 juta siswa, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui pada tahun 2026, serta rencana perluasan program ke lansia dan penyandang disabilitas, semakin memperkuat urgensi penanganan masalah pasokan bahan pangan.
Tim Koordinasi MBG juga tengah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait kesehatan dan tata kelola program, termasuk pembahasan 19 SOP kesehatan yang diusulkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Salah satu fokus utama adalah percepatan penerbitan Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS) bagi SPPG. Dari ribuan SPPG yang beroperasi, baru sebagian kecil yang telah mengajukan atau memperoleh SLHS.
Selain itu, perbaikan tata kelola, pola distribusi, dan variasi menu MBG untuk balita, ibu hamil, dan ibu menyusui juga menjadi agenda pembahasan, dengan masukan dari Kementerian Pendudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN. Sinergi dan koordinasi lintas sektor diharapkan dapat memastikan program MBG berjalan efektif dan berkelanjutan, tanpa terhambat oleh masalah kenaikan harga bahan pokok.




