Abcmarathinews.com – Menteri Pekerjaan Umum (PU) menyoroti kondisi Waduk Nusa Dua sebagai penyebab utama banjir besar yang melanda Bali baru-baru ini. Tumpukan sampah dan sedimentasi tinggi di waduk menjadi perhatian serius yang memerlukan tindakan cepat.
Menteri PU menjelaskan bahwa kombinasi hujan lebat, pasang naik, dan kondisi waduk yang memprihatinkan menjadi faktor krusial penyebab banjir. Ketinggian air yang sudah sangat tinggi akibat sedimentasi menunjukkan perlunya pengerukan segera.

Pengerukan waduk bukan perkara mudah. Menteri PU menyebutkan bahwa ratusan ribu kubik sedimen harus dipindahkan, dan lokasi pembuangan sedimen menjadi isu penting yang harus didiskusikan dengan Gubernur dan Bupati setempat agar tidak merusak lingkungan. Pengerukan terakhir dilakukan pada tahun 2019.
Solusi jangka pendek yang dilakukan adalah pengerukan sungai setiap hari. Namun, Menteri PU berharap masyarakat tidak membuang sampah ke sungai agar masalah banjir tidak semakin parah.
Kondisi waduk sendiri secara fisik aman pascabanjir, namun sampah yang menumpuk sangat banyak. Untuk sementara waktu, sampah akan diangkut ke TPA Suwung hingga Desember 2025.
Pengerukan waduk akan menghasilkan pasir, dan pihak Kementerian PU akan berdiskusi dengan Gubernur Bali mengenai pemanfaatannya. Proses pengerukan diperkirakan akan memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai satu tahun, sehingga diperlukan lokasi pembuangan sedimen yang memadai.
Balai Wilayah Sungai (BWS) melaporkan bahwa mereka telah menyaring dan membuang sekitar 60 ton sampah per hari. Sampah-sampah ini mengalir menuju waduk, yang berfungsi sebagai pembatas antara sungai dan laut.
Menteri PU menekankan pentingnya koordinasi dengan Gubernur Bali untuk menyelesaikan masalah banjir ini. Diskusi yang intens diharapkan dapat menghasilkan solusi yang efektif dan berkelanjutan.
Sebelumnya, BPBD Provinsi Bali mencatat 18 orang meninggal dunia akibat banjir yang terjadi. Empat orang masih dalam pencarian.